![]() |
Corat-coret di Toilet - Eka Kurniawan Penerbit GPU, Jakarta, April 2014. 125 halaman. |
"Pada waktu itu ia sudah dipanggil dengan nama Peter Pan, si tokoh dongeng yang konon tak pernah mau dewasa... ...Bertahun-tahun ia tak juga lulus kuliah, bahkan ketika Tuan Puteri menyelesaikan tingkat doktoral, ia belum juga mendapatkan gelar sarjana. Orang kemudian menuduhnya tak mau menjadi tua, ingin tetap menjadi mahasiswa, tetap merasa berumur belasan tahun dan karenanya ia mulai dipanggil Peter Pan." (Hal. 5)
Hingga akhirnya keberadaan Peter Pan tak ada yang tahu di mana, sebab terlampau sibuk dengan aktifitas politiknya: berjuang melawan pemerintahan yang diktator. Di akhir cerita Tuan Puteri berujar sembari menghibur diri sendiri: "Sebagaimana sering kita baca di novel dan komik. Penjahat besar yang keji, bengis, kotor dan bau neraka memang susah dikalahkan dan susah mati." Siapa penjahat besar yang dimaksud Tuan Puteri, kupikir aku tak perlu menuliskannya. (Hal. 10)
Corat-coret di Toilet adalah sebuah cerita pengantar tidur, yang karena intisari ceritanya malah bikin otak bekerja lebih keras. Dan karena bahasanya, terdengar laiknya kisah dongeng nomer wahid untuk anak-anak di seantero negeri, bukan karya sastra yang sarat akan kritik. Melewatkan, untuk membacanya, di waktu senggang adalah sebuah kenistaan
0 komentar:
Posting Komentar