![]() |
(Ilustrasi) |
Sore itu aku
putuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota, sekedar santai dan
menyelingkuhi hirukpikuk kehidupan kota yang membosankan. Setelah
merasa cukup melihat-lihat keadaan sekitar, aku memutuskan duduk di
salah satu bangku di sudut taman. Sengaja aku pilih bagian sudut,
bunga warna-warni nan segar berhasil menarik perhatianku. Di setiap
sudut mahkotanya masih tampak basah, bekas hujan tadi pagi yang belum hilang. Batangnya bulat dan
penuh dengan duri.
Aku tahu
nama bunga yang ada dibelakangku, namun aku menolak untuk
menyebutnya. Bunga yang selalu menjajikan keindahan, lambang cinta
abadi dan romantisme. Warnanya yang indah adalah representasi dari
manis dan indahnya kisah percintaan, tapi jika terlalu terbuai dengan
keindahannya tentu akan terluka karena durinya. Walaupun kadang dalam
kisahku lebih banyak durinya, heuheu.`
Takdirnya
memang sudah jelas, terlahir kedunia sebagai makhluk hidup. Lebih
tepatnya lagi sebagai tanaman, Lebih khususnya lagi sebagai bunga.
Dan entah bagaimana ceritanya hingga makhluk hidup yang bernama
manusia memberimu nama mawar, aku tak tahu persis bagaimana
ceritanya. Tapi jika aku sebut dengan nama lain apakah wujudmu
berubah? Atau duri di batangmu itu hilang?
***
Apalah arti
sebuah nama ya kan?
Bukankah
mawar tetap mawar walaupun dengan nama yang berbeda?
Apakah
Paisal akan sama dengan Faisal? Atau Alparidji akan berbeda dengan
Alfarisi?
***
Tidak perlu
ada yang disesali dari nama, toh
saat terlahir ke dunia tidak bisa mentukan akan terlahir dengan nama
apa atau dari suku mana. Sambil memetik bunga mawar berwarna merah
aku beranjak dari tempat dudukku dan bergegas pulang ke rumah dengan
motor matic
kesayanganku.
Yogyakarta,
11 Mei 2014
0 komentar:
Posting Komentar