Kita takut terhadap terhadap realitas yang sedang kita
jalani. Lalu memikirkan jalan untuk menyelesaikannya--setidaknya
membuatnya menjadi lebih ringan. Pikiran macam itu akan hinggap dan
pergi. Bahkan ketika belum bertemu jeda. Nyaris tanpa cela.
Lalu kita menghadapi realitas yang benar-benar lain. Yang
tak pernah kita duga. Meskipun tak benar-benar kita takutkan. Begitu
saja datang. Tanpa pernah kita rencanakan. Memikirkan sebuah sambutan
hangat. Sebelum datang sesuatu yang lain lagi.
Membencinya tak mempurnakan perihal. Sampai kita bertemu
sebuah simulakra kehidupan. Yang terlihat amat menyenangkan, dan kita
tahu ia maya. Tak benar-benar dapat kita raih.
Tenggelam di dalamnya tak membuat sesak. Bahkan bagi yang tak berenang. Membiarkan terlumat. Kemaslahatan umat, katanya.
Lalu mengapa tak kita temukan jalan. Lalu mengapa tak kita
temukan kenyataan. Lalu mengapa kita beranggapan: semuanya selesai
bahkan tanpa permulaan?
0 komentar:
Posting Komentar